Wednesday 29 March 2017

Book Review : Novel "RINDU"- Tere Liye


Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
Membaca kalimat yang tertera di bagian belakang novel Rindu ini rasanya seperti menemukan kata yang paling menarik diantara rentetan kalimat akhir novel Tere Liye yang lainnya, ketika saya berada di sebuah bazar buku di kota kami beberapa minggu yang lalu. 
Dan benar saja, ada berbagai macam perasaan yang mengalir begitu saja mengikuti alur ceritanya hingga khatam.

Sebuah novel dengan setting kehidupan di masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1938 silam. Ada banyak hal sekali pelajaran "sejarah" yang bisa kita ambil didalamnya. Tentang kereta 'term" yang pada saat itu ternyata sudah ada di Surabaya, tentang sejarah pahlawan-pahlawan nasional besar kita, juga cerita tentang keberadaan dunia malam ala Eropa di masa lalu.

Pertama membaca novel ini, kita akan disajikan tentang kehidupan diatas kapal uap pengangkut jamaah haji. (Dan saya baru tahu kalau jaman dahulu orang berhaji menggunakan kapal bisa memakan waktu sembilan bulan perjalanan. Subhanallahu). Sang penulis begitu fasihnya mengungkap detil kapal tersebut dan bahkan bisa membuat saya memebayangkan seolah-olah berada di kapal mewah Titanic. Eh *Beda jaman yach, kita*. 
Entahlah, membaca keadaan di dek kapal hingga tempat tiang-tiang layar dalam novel tak ubahnya melihat sendiri bayangan Jack dan Rose ketika melapangkan tangan berdua. *Plak. Dan lalu ada yang menampar saya*. Ahaha.

Isi ceritanya sendiri adalah tentang Keluarga Daeng Andipati dan keluarganya dengan dua anak yang manis riang dan menjadi penghibur di setiap cerita. Juga istrinya yang hamil di antara perjalanan beratnya menuju Jeddah. Tentang Gurutta sang alim ulama yang mampu menggerakkan seluruh kapal untuk tetap melaksanakan aktivitas keagamaan diatas kapal. Tentang  Ambo Uleng si kelasi penyelamat dari Pare-pare. Bonda Upe dan suaminya yang punya masa lalu kelam, dan juga  cerita Mbah Kakung dan Mbah Putri yang menyayat hati. Ada pula Chef Lars pemasak yang sangat handal, Kapten Philips yang bijaksana, Ruben si boatswin dan tentu saja Sergeant Lucas dan para tentara Belanda yang arogan di cerita.

Seperti yang telah saya sebutkan di awal. Cerita ini berhasil mengaduk berbagai macam perasaan saya. Pilu mendengar cerita si Bunda Upe bekas seorang Cabo di Macao Po. Ikut merasakan kebencian yang dimiliki Ambo UIeng terhadap hidup dan kisah cintanya. Sempat hanyut dalam air mata ketika membaca kisah cinta Mbah kakung dan Mbah Putri yang sampai tua masih tetap romantis namun  akhirnya harus dipisahkan oleh  meninggal nya Mbah Putri dan harus ditenggelamkan ke dasar lautan dengan logam berat (hiks. Sumpah sempat nangis pas baca bagian ini).
Dan yang membuat kembali bersemangat ada pada bagian epilog-nya yang manis. Yaitu kisah si Ambo Uleng  yang pada akhirnya ditakdirkan untuk menikah dengan gadis yang diselamatkannya di waktu kecil dulu, yang tak lain adalah anak dari orang tua perjodohan Sang Gurutta. Teman sekaligus guru yang mengajarkannya banyak hal selama diatas kapal. Dari rasa sakit hatinya karena "hampir" kehilangan kesempatan untuk menikahi gadis pujaan hati, hingga bersatunya semua kerinduan  yang terkumpul dari sudut kecil hatinya pada hal yang paling hakiki di dunia ini, yaitu kerinduan pada sang Maha Khalik diatas sana. Kerinduan yang sama-sama dimiliki oleh hampir semua penumpang di kapal, hingga mereka tiba di depan Ka'bah. Tujuan utama mereka.



8 comments:

  1. Boleh nih di jadiin rekomendasi bacaan selanjutnya. Estapet dari negri di ujung tanduk sama daun jatuh. Nice share mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas.. eh apa mbak yaa. negeri diujung tanduk sama daun jatuh bagus an mana? pengen baca yg lainnya juga

      Delete
  2. Suka bangeet buku ini, buku tere liye favoritku..

    ReplyDelete
    Replies
    1. mba de2w juga suka yg inikah? paling favorit mba? lainnya dr tere liye yg bagus yg mana y mba

      Delete
  3. Buku-buku tere liye memang selalu bagus untuk dibaca ya mbak.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba. cuman aku baru baca kutipan2 positifnya sih. yg baru baca komplet baru yg ini :)

      Delete
  4. Aku pun punya buku rindu ini, dari berbagai sudut pandang, alur cerita yang panjang dan detail, masa lalu seseorang yang berbeda-beda dalam suatu kapal menuju perjalanan suci untuk ibadah ke Mekah 😊

    ReplyDelete
  5. iyaa bener mb vit. keren yaa ni buku...jadi ikut hanyut dlm cerita2 yg terjadi selama dikapal

    ReplyDelete

Mohon berkomentar dengan baik ya. Terimakasih.

rahmamocca. Powered by Blogger.

Followers

Search This Blog