Aku masih kelas satu SD saat itu ketika masjid yang terletak
dikawasan Simpang Lima, sekitar 500 meter dari rumahku mengadakan lomba membaca
Al-qur'an (Tartil Qur’an). Lomba itu
diadakan dalam rangka menyambut malam Nuzulul Qur'an. Berbekal ajaran Bapakku
tiap malam, aku meminta kakakku untuk mendaftarkan lomba itu. Banyak teman
sebaya kakakku yang mencibir dan meremehkanku. Semua itu sempat meruntuhkan
percaya diriku. Tapi kata kakakku, "Dicoba saja. Siapa tahu menang".
Akhirnya, hari itu pun tiba. Hampir
separuh lebih masjid dipenuhi anak yang ingin berlomba. Dan dari semuanya, tak
ada yang sekecil aku. Kebanyakan seumuran kakakku yang saat itu kelas 1 SMP.
Disamping perawakan badanku yang emang mungil, umurku juga masih sangat muda,
yaitu 6,5 tahun. Untung panitia memperbolehkan semua usia untuk berpartisipasi
lomba.
Tanpa dinyana, ketika diumumkan akulah juara
kesatu-nya. Wow, rasanya senang sekali. Karena itu pertama kalinya aku ikut
lomba dan menang.
Pada malam Nuzulul Qur'an namaku di
panggil oleh panitia lomba untuk maju keatas mimbar di depan seluruh jama'ah
tarawih malam itu. Selain mendapatkan hadiah berupa satu pak buku tulis, pensil
dan peralatan menulis lainnya, aku juga berkesempatan untuk bersalaman dengan
Bapak Bupati Grobogan secara langsung. Itulah prestasi pertama dalam hidupku
yang bermula di Masjid Jabalul Khoir.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid" (https://theordinarytrainer.wordpress.com/2016/06/01/lomba-menulis-1001-kisah-masjid/)
Word count : 197