Wednesday, 26 July 2017

THE MOCHA EYES : Pentingnya memiliki seseorang yang mau mendengar

20:16 6 Comments

Pernah merasa menjadi seseorang dengan "luka" yang sangat dalam? Merasa kecewa karena kepergian seseorang? Sulit untuk menemukan diri sendiri lagi setelah rentetan peristiwa yang bikin trauma?

Ah, buku yang satu ini mungkin cocok untuk dibaca. The Mocha Eyes. Sebuah buku karya Aida M.A yang isinya setebal 245 halaman ini kurang lebihnya menceritakan hal di atas.

Berawal dari kisah Muara si wajah putih dan mata sipit terkesan dingin. Ternyata menyimpan duka yang mendalam karena kepergian kekasihnya. Belum lagi dirinya yg sempat mendapatkan perlakuan asusila dari seorang psikopat di kampusnya. Pun ketika akhirnya Ayahnya yang meninggal karena shock putrinya mendapatkan perlakuan tidak senonoh tersebut. Membuatnya kembali tenggelam dalam perasaan bersalah dan duka serta luka yang teramat dalam.

Bukan salah Ara, (panggilan Muara) ketika akhirnya dia semakin tenggelam dalam dunianya sendiri. Rokok dan segelas kopi pahit adalah pelampiasan akan semua masalahnya. Tak pelak sudah beberapa kali dia dipecat dari pekerjaannya. Karena kebiasaannya  tidak bisa tidur di malam hari, tetapi menjelang pagi menjadikannya selalu terlambat masuk kantor pagi. Sikapnya pun berubah 360 derajat dari yg sbelumnya ceria dan periang menjadi orang yg cenderung cuek, tak perduli dan menutup diri.

Hingga pada akhirnya Ara dikirim untuk mengikuti training motivasi di kantor barunya. Dan bertemu dengan terapis tampan bernama Fariz.

Mereka bertemu seperti sebuah chemistry. Ara yang cuek tanpa perduli sekitarnya. Serta fariz yang percaya akan siluet gambar wanita yg selalu mengisi mimpinya bahkan terbentuk pada awan yang dilihatnya sepanjang perjalanan udara menuju tempat training motivasi yang juga diikuti ara.


Dan semua pertanyaan itu terjawab, ketika Fariz menemukan ara. Mata Ara yang menyimpan sejuta luka hanya mampu dilihat oleh mata Fariz.
Tapi tidak semudah itu. Hati Ara tak semudah itu untuk ditaklukkan. Namun akhirnya mokka lah yang menyatukan mereka berdua. Kopi  pahit yang slalu diminum Ara setiap pagi agar ta mengantuk di tempat kerja berpadu dengan coklat yg di tuang Fariz. Hingga membentuk sebuah rasa baru bernama MoKa.
Analogi Moka itulah yang membuat ara tersadar bahwa hidup ta selamanya pahit.

 Hal itulah yg  kemudian mendekatan Ara dan Fariz. Secara perlahan ara mulai membuka diri dan mulai bercerita tentang masalahnya pada Fariz.

Intrik yg kemudian terjadi adalah hadirnya sosok Meisha. Seorang janda cantik teman kantor Fariz yang terang2an menyatakan sukanya pada Fariz. Hingga menekan ara dengan menciptakan cerita bohong akan hubungan percintaan antara dia dan Fariz. Yang membuat ara cemburu dan berniat meninggalkan Fariz.

Namun ketika ara bermaksud memberi hadiah sebuah video rekaman berupa slidw foto dirinya dengan potongan siluet badannya. Disitulah Fariz mulai yakin bahwa Ara adalah wanita yg selalu ada pada mimpinya.

Akhirnya merekapun merajut cinta. Dan sejak saat itulah kehidupan ara 360° berubah. Dia mulai termotivasi untuk menjalani hidupnya dengan lebih baik lagi. Ara bahkan dipromosikan menjadi manager di kantor karena prestasinya.

Membaca cerita ini diantara cerita miris bunuh diri yg sedang marak sekali di sekitar kita rasanya seperti mengaca.

Memposisikan diri sebagai sosok ara dengan segudang masalah dan menyimpannya menjadikan kita bisa lebih berempati akan orang lain. Meskipun tidak bisa diingkari bahwa setiap orang dengan masalahnya sendiri. Namun alangkah baiknya kalau kita punya seseorang untuk mendengar apapun cerita kita. Apapun yg kita rasa harus kita menej dan tak pernah ada salahnya untuk dibagi dengan org yg bisa kita percaya.

Menjadi pendengar yang baik mungkin tidak bisa sepenuhnya menolong, tapi setidaknya bisa mengurangi beban si pemilik masalah.

Dalam hal kaitannya dengan kejadian suicidal yg marak di berita. Entah kenapa langsung teringat pada cerita di novel ini.
Meski pelakunya tidak sebodoh itu dengan bbertindak nekat menghabisi nyawanya sendiri. Namun salah satu hal yg mungkin bisa memacu tindakan bunuh diri selain karna faktor ekonomi, bisa jadi karena faktor kejiwaan yg nengaruh pada perasaan BLAST (BORED, LONELY, ANGRY, STRESSED, TIRED). Bosan, merasa sendirian, marah, stress, depresi dan lelah. Semua rasa yang pernah di alami oleh sosok Ara.

Cuman cerita pada novel ini dikemas dengan kondisi yg berbeda. Keberuntungan Ara bertemu dengan seorang terapis motivasi yang mampu mengajaknya bicara menjadikannya mampu menemukan dirinya kembali. Seperti dulu lagi.

See? Betapa memiliki seseorang yang mau mendengar bisa jadi kekuatan bagi kehidupan seseorang? Cerita ini menginspirasi untuk mau berbagi cerita dengan seseorang dan sebaliknya. Menjadi pendengar yang baik bagi orang lain. Terutama orang-orang dekat di sekitar kita.

Dan ini adalah salah satu buku yang menginspirasiku akhir-akhir ini untuk #arisanbloggergandjelrel. Tema cantik yang diutarakan oleh travel, fashion dan lifestyle blogger cantik, mba vita pusvitasari dan blogger sekaligus pengusaha muda yang selalu jaya mba anita makarame. Yang tentu saja, blog mereka juga penuh motivasi dan inspirasi.

Jadi, apakah kamu sudah berbagi atau mendengarkan cerita seseorang hari ini?





Sunday, 23 July 2017

Warung Dhuwur, kafe hits yg instagramable

21:24 4 Comments

Ngaku anak muda kekinian, tapi ga tau tempat nongkrong yg aseeek? Yaelaaa, ibarat kendaraan. Lainnya naik jet pribadi situ masih aja jalan kaki. Hmmm *KZL yakan?

Nah, biar kamu gak ngenes2 banget, sini nih gue bisikin yaks. Salah satu tempat nongkrong keren di saentero purwodadi yg nyaman, asik dan ngehits. Yang namanya adalah Warung dhuwor.

Kafe yg mengusung tema modern ini berlokasi di jalan R. Soeprapto no.9 Purwodadi. Atau sekitar rel bengkong menuju pujasera.

Betewe, ada yg pernah kesana? *cung yuks!*. Yang uda ngerasain tempat dan menunya pasti setuju kalo Warung Dhuwur ni juarak.

Selain sering dijadikan tempat nongkrong. Ada juga beberapa fotografer lokal yang menjadikan tempatnya sebagai lokasi pemotretan baik untuk lomba maupun prewed,loh. Ada yg tertarik? Hubungi eike yaaa *numpang ngejob* qiqiqi. Gak dink. Datang aja langsung ke lokasi nanti nego sendiri sama mba dan mas pemilik yg cantik dan cakep. 
Salah satu angle favorit yang photoable. Salim dulu yuks ah sama pemilik warungnya.


Tempatnya yang enjoyable, comfortable binti photoable ini dijamin bikin kita nyaman deh berlama-lama berada disini. Kalau ga percaya ni dia penampakannya :

Lantai 2 yg instagramable
Buat ngobrol asyik atau nongkrong syantik, okey juga.
Salah satu angle yang syantik banget buat selfie wefie maupun grufie.

Nongkrong disini bareng2...dijamin lupa waktu. Oiya ada tangga menuju ke lantai atasnya juga tuh.



Yang ingin menikmati pemandangan kota Purwodadi atas, bisa banget duduk di balkon paling pinggir. Yang ini strategis banget kalau pas nongkrong sembari nonton karnaval. Hihihi. *catet buat booking tempat sebelum karnaval biar ga ikut jamaah yg berjubel wal uyuk2an yes*

Warung dhuwur ini memiliki beberapa menu andalan diantaranya mie kriyuk semesta, mie rombeng, aneka jenis penyetan, pisang bakar aneka rasa, roti bakar aneka rasa, cokelat, milk shake dan juice. Oiya buat coffee lovers, ada juga berbagai varian rasanya. Setiap periode tertentu pun juga ada menu baru untuk memperkaya pilihan yang pastinya oke punya.










Gimana uda bikin ngiler lom menu sama tempatnya?? Buruaan yuks ke Warung Dhuwur. Harga dan kualitasnya itu looo dijamin "anti-ngawurr". Bikin nongkrongmu jadi makin asyik dan gayeng.
Yuks..yuks..yuuuks. Ditunggu ya kedatangannya.














Thursday, 20 July 2017

IBU TERBURUK SEDUNIA

20:00 6 Comments

Ini mungkin bukan kali pertama, kedua ataupun ketiga. Namun sudah lebih dari itu. Aku bersujud dan memohon agar anak yg ada dalam kandunganku ini adalah perempuan!
Bukan tanpa alasan keinginanku ini. Semua hanya satu hal. Aku ingin menyenangkan hati suamiku. Setelah aku menghadirkan tangis dihatinya di kehamilanku sebelumnya. Empat tahun yang lalu. Aku ingin sekali menghiaskan sebuah senyuman yg selalu aku tunggu tersungging di bibirnya. Bukan lagi hujan air mata.
Terlebih lagi hasil USG saat itu menunjukkan bahwa janin yg ada di perutku ini belum mau menampakkan jenis kelaminnya.
Ahh, ibu mana yg ta berbesar hati menyimpan doa dan keinginan itu jauh dilubuk hatinya yg terdalam.

Akhirnya hari itu tiba. Sayangnya, jadwal sesar dari dokter terpaksa kuundurkan beberapa hari karena suamiku ada tugas yang mengharuskannya ke luarkota beberapa hari. Dan begitu tugasny selesai, bergegas kami mendaftarkan diri ke sebuah RS swasta di kota besar terdekat dari daerah kami.

Operasi sesar akan dilaksanakan di pagi hari. Jadi masih ada semalam bersama dengan janin di perutku. Tapi aneh. Malam itu dia sangat diam. Hingga akhirnya ada perawat yg ingin menghitung detak jantung bayi. Beliau memegang perutku agak keras. Seperti setengah memlintir sesuatu. Sehingga tiba2 janinku seperti bergerak terus. Seperti ingin segera keluar dari perutku. Dia memukul2kan kepala ke dinding rahimku. Hingga aku merasa kesakitan di malam itu. Aku bahkan kesulitan untuk turun ke kamar kecil karena janinku terus saja bergerak memukul2kan kepala atau anggota badannya ke dinding rahimku paling bawah. Sembari berpegangan sisi2 ranjang dan juga tembok aku berjalan setapak demi setapak, takut membangunkan ibu mertua yg saat itu menjadi satu-satunya orang yg menjagaiku di RS.

Paginya tepat pukul 07.00 suster memebritahuku bahwa dokter siap melakukan operasi setengah jam lagi. Ah, kuelus perutku.
"Sebentar lagi, kita ketemu ya sayang. Mama masih berharap semoga engkau jadi bayi perempuan yg cantik bagi papa, mama dan eyang."
Aku berkata demikian diatas ranjang tepat di depan ruang operasi. Menunggu giliran pemakaian ruangan yang "mungkin" sedang di bersihkan oleh petugas RS karena waktu yg dihabiskan agak lama menurutku.
Setelah pintu2 ruang operasi itu terbuka lebar, aku segera mengucapkan doa yang aku bisa agar aku dan bayiku selamat.

Hal pertama yg dilakukan oleh tim dokter tentu saja adalah memberikan bius lokal. Sebuah suntikan dibelakang punggung bawah. Dokter yg menyuntikku memberi peringatan bahwa sebentar lagi bagian bawah tubuhku akan mati rasa. Aku hanya bilang sambil tersenyum. "Iya, dok. Ini operasi sesar ketigaku. Jadi aku sudah tahu itu."
Benar saja, sejenak kemudian kurasakan kedua kakiku seperti membesar. Namum ketika salah satu tim dokter itu membersihkan bekas sesarku dengan alkohol dan mulai membuka jahitannya satu persatu, aku bersegera menarik kakiku.

"Lho? Ada apa ibu? Ibu sudah dibius kok masih bisa bereaksi?" Kata dokter itu kaget .
"Iya dok. Saya kok masih kerasa ya?" Jawabku jujur.
"Coba sekarang ini ibu diapakan?"
"Ini jahitanku yg dulu sedang dibersihkan dan dibuka lagi to dok. Rasanya cenil2 gitu."
Tim dokter mungkin setengah kaget dan heran. Karena selanjutnya aku mendengar gumaman-gumaman kecil mereka mesti kurang jelas.

Akhirnya entahlah apa yg mereka perbuat, karna yang jelas saat itu aku merasa seperti sedang diayun dari atas bandulan dengan bunga2 warna-warni disekitar. Aku juga mendengar air terjun bergemericik entah dimana tepatnya.
Ketika menyadari bahwa aku saat ini sedang operasi, aku jadi memikirkan sebuah tempat bernama surga. Karena bunga yg sangat indah ada di samping kanan kiriku.
"Apakah benar aku sudah mati?" Pikiranku sudah sanagt kacau hingga akhirnya melayang kepada pertanyaan itu. Dan membuatku menyebut iztighfar ratusan kali. Menyadari banyak sekali dosa-dosa yang telah aku perbuat selama hidup.

Belum lama aku mencoba mengingat semua dzikir yg aku hafal di kepalaku, tiba-tiba aku merasakan ayunanku putus. Sehingga aku seperti mendengar dan merasakan sebuah dentuman keras. Seperti terjatuh dan terduduk kembali keatas tanah.
"Bu, bangun bu. Operasinya sudah selesai" teriak seseorang sembari menepuk pipiku.

Aku pun membuka mataku. Alhamdulillah. Aku masih hidup! Itu hal pertama yg aku ucapkan seingatku.
Tapi, hei! Kemana bayiku? Aku tidak mendengar tangisannya?

Suster tidak menjawab pertenyaanku ketika aku bertanya. Setelah berada di beberapa ruangan pasca operasi yg dinginnya selalu membuatku menggigil itu, aku kembali dibawa ke ruang perawatan. Aku hanya melihat ibuku dan tak ada suamiku disitu.

Aku bertanya pada ibuku. Kata ibu, adik sedang di bawa ke NICU.
"Kenapa?" Kataku menahan sendu.
"Karena adik tidak menangis. Tapi tenang saja, sudah ditangani ahlinya" kata Ibu.
"Tuhaaan, kenapa NICU lagi?" Aku sempat merutuki nasibku karena ini adalah kali kedua dari tiga kali operasi cesarku.
"Sik sabar dan kuat ya, nduk. Mari berdoa minta sama Allah semoga adek baik2 saja." Ibu mencoba menghiburku.

Tapi, dimana suamiku? Ibu melihatku yg celingukan. Seolah mengerti yg kupikirkan, beliau berkata bahwa suamiku sedang menunggui adek disana. Mana tahu dokter membutuhkan tandatangan untuk administrasinya.

Hari itu, 13 Juni 2014 kurasakan waktu begitu melambat. Waktu adzan dzuhur suamiku menelepon. Memberi kabar bahwa adik sudah ada perkembangan. Namun kemungkinannya masih 50-50.

Seandainya saat itu aku bisa bersujud. Mungkin rasanya aku sudah bersujud saat itu juga. Perasaan bersalahku menyeruak de ngan hebatnya. Andai aku tidak meminta bayiku itu perempuan?? Dan sederet penyesalan lainnya.
Namun, operasi ini tidak bisa membuatku bebas bergerak. Sejak Dzuhur tiba biusnya sudah mulai hilang. Jadi rasa panas bekas luka sayatan sedikit demi sedikit mulai menyerang.

Waktu adzan Ashar, suamiku menelpon lagi. Kali ini dia bilang harapan hidup adek tipis.
Jantung adek ada yang tidak beres. Untuk bernafaspun harus melewati selang yg terhubung di tabung-tabung oksigen.
Seluruh badanku melemas seketika. Ibu memelukku dengan setengah terisak.
Aku harus kuat katanya.

Tapi kali ini aku sudah tidak tahan. Aku menangis sejadi-jadinya. Antara sedih, marah dan perasaan bersalah menjadi satu.
"Berdoa nduk. Semoga adek bisa segera kembali ke ruang ini sama kamu" sahut ibu yang melihatku sedemikian tergugu.
"Kenapa aku harus mengalami ini lagi?" Tanya dalam batinku pilu.

Rasa kehilangan seperti kejadian jaman kelahiran filza, kakaknya empat tahun yang lalu itu tiba-tiba seperti menari-nari di pelupuk mata.

BACA JUGA : MALAIKAT BERNAMA FILZA

Masih kuingat jelas semburat kesedihan di wajah suamiku. Pun juga tangis kedua ibu dan saudara2ku yang saat itu menungguiku.
Semua seperti slide yang terus bergerak dalam memori otakku. Ingin sekali berteriak untuk menghentikannya, tapi aku masih punya malu.

Ya Allaaaaah. Allahumma arinal haqqo haqqo warzuknatz tiba a. Wa arrinal baathila baathila warzuknat tinaaba.

Jadikanlah yg baik itu baik untukku. Dan jauhkanlah yg buruk itu dariku. Jika adek masih rejekiku, aku mohon sembuhkanlah semua sakit yg dideritanya. Sehat2kanlah dia. Tapi jika adek bukan rejekiku. Aku ikhlas melepasnya.

Cuman itu doaku. Doa seorang ibu yang mungkin hanya punya sifat optimis yg sangat tipis dalam hidupnya.

Iya benar! Aku tipe orang yg terlalu pasrah. Terlalu naif juga penakut untuk menghadapi apapun. Aku lebih memilih untuk memasrahkan segala sesuatu dalam hidupku kepadaNYA. Karna itu yg selalu tertanam dari sejak aku kecil. Selalu seperti itu. Entahlah.

Sesaat setelah maghrib, suamiku menelepon lagi. Katanya adek koma. Hatiku terasa sesak mendengarnya.
Untuk kesekian kali, kulantunkan doa itu lagi lagi dan lagi. Kali ini yang aku pikir hanya keinginan untuk menggendongnya. Tapi hasil operasi semakin menunjukkan reaksinya dan tidak menungkinkanku untuk bisa pergi ke ruang NiCu untuk membesarkan hati anakku.

Tak berapa lama nada dering hpku kembali berbunyi. Suamiku berkata bahwa sudah tidak ada harapan hidup bagi adek. Dan tepat ketika suara adzan isya dibelakang kudengar, tepat saat itu pula suamiku berkata :
"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Adek sudah tidak ada".
Kudengar sedikit isak tangis tertahan disana. Justru disaat aku tidak ingin menghadirkan kesedihan itu lagi di hidup suamiku.

Keinginan memiliki bayi perempuan juga dalam rangka untuk bisa menyenangkan hatinya. Untuk melengkapi kebahagiaannya.
Tapi kenapa untuk kedua kalinya aku malah menghadirkan tangis itu lagi?

Sejak suamiku menutup telponnya itulah segala sesal berkecamuk dalam pikiran dan hatiku.
Sejuta pengandaian seperti meminta jatahnya untuk muncul disela2 sesal yg terus saja berjejal.

Seandainya tak kuundur waktu kelahirannya, seandainya aku tak mengaharapkannya jadi bayi perempuan yg manis untuk suamiku, seandainya waktu itu bukan suster itu yg memeriksaku, seandainya aku konsultasi dl dengan dokterku tidak langsung menuju ke RS itu dulu, seandainya doa yg kuucapkan bukan itu... dan seandainya2 yang lain semakin menyesakkan relung dadaku. Menyengalkan seluruh nafas yg bergemuruh karena rasa sedih, marah dan bersalah yang menyatu.

Dan membuatku senantiasa berpikir bahwa aku bukan ibu yg baik bahkan kebalikannya. Yaitu ibu yang terburuk sedunia.

Ibu yang bodoh karena memaksakan keinginannya. Yang tak bisa berpikir optimis untuk seorang bayi tak berdosanya. *hiks*

Ibu terburuk dari segala macam ibu yg baik untuk putra/putrinya. Jauh lebih buruk dari ibu2 yang meninggalkan bayinya begitu saja.

Entahlah. Kata2 itu terus terngiang bahkan sampai kepulanganku dirumah. Sakit pasca operasi kurasakan tiga kali lebih hebat rasanya dari operasi-operasi sesar sebelumnya.

Bukan hanya karena bekas luka fisiknya. Namun juga karena luka psikis yang aku derita. Hingga aku butuh masa penyembuhan yang jauh lebih lama kali itu.
Luka psikis yang hingga membuatku tidak ingin bertemu dan ditemui oleh siapapun pasca pemakaman.

Bukan karena apa2, cuma karena perasaanku yg selalu berkata. Bahwa akulah ibu terburuk sedunia!

BACA JUGA : HUZZI FIRDAUS AL HARITS








Friday, 14 July 2017

My travelling goal

23:03 6 Comments

Tema #ArisanBlogGandjelRel ke-6  kali ini adalah orang yang paling ingin saya ajak travelling. Tantangan dari mba Winda dan mba Dwi Septia ini kayaknya pas banget dengan masa liburan kayak gini deh ya. Wkwkwk.

Ngemeng2 soal travelling. Sebenarnya adalah salah satu hal yg paling aku suka. Pergi kemana aja bisa jadi terapi jiwa alami buat aku *tsaaaahh.

Dan untuk menjawab pertanyaan tema arisan kali ini. Orang yg paling ingin aku ajakin travelling tentu saja my boo, alias my bojo. Suamiku. Alesannya? Rasanya hidup gakan lengkap deh kalau kemana2 tanpa my boo tuh. *uhuk. tambahin uang bulanannya ya, pahhh* 😙😙

Yang belom punya suami. Jangan baper ya Buruan cari pasangan buat travelling, gih. Soalnya percaya deh, travelling tanpa pasangan itu ibarat air laut tanpa garam. Gakkan lengkap binti mengasyikkan. Gakda yg bisa diajakin selfie. Gakda yg bayarin *eh*. Sampai gak ada yg bisa diajakin berdebat mau kemana dan ngapain aja. Hihihi

Nah, biar lengkap berikut adalah alasan kenapa travelling bersama pasangan itu mengasyikkan. Cekidot ya :

1. Tarvelling bisa jadi sarana buat nyiptain bonding dengan pasangan. Dengan travelling bersama, semakin nambah kekompakan berdua. Dari mulai nyusun rencana sampai pelaksanaanya.

2. Travelling berdua bisa jadi sarana buat lebih ngenal pasangan. Apalagi buat pasangan baru. Karena bisa jadi akan ada satu keadaan yg bakal ga diduga2 selama travelling. Baru keliatan deh bagaimana karakter pasangan ketika menghadapi suatu kejadian/ masalah.

3. Travelling bisa jadi quality time paling berharga bersama pasangan.
Pernah merasakan jenuh dengan pasangan?? Sana gih, travelling berdua ajah! Kunjungi tempat  pertama kali kalian
bertemu untuk mengikat janji. #eaaaa
Kunjungi juga di daerah wisata sekitarnya. Bisa jadi benih2 cinta yg sudah terpendam sekian lama tercipta kembali *aposeeh?*

4. Travelling bisa jadi sarana untuk menciptakan "best moment" bersama pasangan.
Mengajak travelling pasangan ke tempat yg dia inginkan bisa jadi best moment ever yg unforgettable loh. Jangan lupa persiapkan semuanya sebaik mungkin. Jangan sampai sudah tiba jauh2 disana, dan kita gatau mau ngapain. (Kita?? Lo aja kalee. Gue engga!). Hihihi.

Jadi gimana? Masih ragu mo ngajakin travelling pasangan? Ajak aja akuu... akkuu (tunjuk idung). #ehhh....


Tuesday, 11 July 2017

LIBURAN BERKESAN BERSAMA TEMAN SEPERJUANGAN

22:32 12 Comments

#ArisanBlogGandjelRel kali ini tantangannya datang dari duo mahmud syantyik, yaitu mba Muna Sungkar dan mbak Wuri Nugraeni Nugraeni. Tema yang diusung adalah liburan yang paling berkesan.

Well, ngemeng- ngemeng soal liburan yg berkesan menurutku sih semua liburan pastinya berkesan. Soalnya ya maklum ya, aku termasuk mamih2 golongan kurang piknik sih *uhuk*. Jadi kesempatan buat liburan udah kek nemu sisa uang bulanan diantara tumpukan cucian deh. Hihihi.

Tapi diantara sekian liburan yg berkesan, liburan tahun ini adalah satu diantaranya. Bukan karena tempat yg aku habiskan buat liburan, tetapi karena dengan siapa aku bisa menghabiskan liburan. Yess. Liburan kali ini tidak hanya kuhabiskan bersama anak dan suami, tp kami juga kedatangan tamu spesial. Yaitu Deasy, sahabat dekatku dari jaman kuliah dulu.

Oiya sekedar untuk rendezvous ya, aku punya kenangan unik waktu pertama kali bertemu dengan Deasy ini. Yaitu pada tanggal 27 Agustus 2001 yang lalu. Itu adalah hari pertama kami mengikuti Ospek. Aku bertemu dengan deasy yang duduk di pojokan dengan malu-malu kucing. Ketika aku bertanya, ternyata itu hari pertama dia memakai kerudung. Surprise! karena itu adalah tepat setahun juga aku memakai kerudung. Tepatnya waktu kelas tiga SMU. Hihihi. Berawal dari situlah, kami selalu kemana-mana berdua. Dan mulai menjadi dekat menjadi sahabat. 

Deasy ini asli Semarang. Dulu aku sering sekali ke rumahnya. Jadi aku kenal betul keluarganya. Meski kami sudah tidak kuliah lagi. Tapi berkat kecanggihan tekhnologi, kami bisa berkomunikasi kembali. SEjak menikah, justru Deasy ini yang kerap kali mengunjungiku. Termasuk kemarin ini.

Berawal dari keinginan putranya untuk jalan-jalan naik kereta. Deasy pun menghubungiku bertanya soal kereta yg bisa sampai ke Purwodadi. Apakah dekat dengan rumahku.

Meski berjarak sekitar 4 kiloan dari rumah, tentu saja aku menyambut kabar baik Deasy tersebut dengan gembira. Kapan lagi kan ya, bisa ketemuan sama sohib baikku semasa di kampus dulu? Teman seperjuangan dari masa-masa OSPEK sampai hari wisuda tiba. Apalagi rencananya deasy akan menginap dua hari satu malam di rumahku. Menanti jadwal kereta yang akan membawanya kembali ke Semarang.

Dan yess, senang sekali donk ketika bisa beneran bertemu dengannya hari itu. Seharian penuh kami mnegobrol apa saja. Dari kenangan jaman sekolah sampai bercerita tentang keadaan keluarga kecil kami masing-masing.

Dihari berikutnya kami pergi liburan ke tempat wisata terdekat dari rumah. Yaitu Danau Resto. Kebetulan ak masih punya dua katalog gratisan masuk ke semua wahana di danau resto. Namun sayang, katalog tidak bisa digunakan selama libur lebaran. Padahal dikatalog tertulis kalau tiket masih tetap bisa berlaku waktu lebaran loh. *hiks. Cabik2 katalog yg ekspired nya dua hari setelah masa berlaku normal*

Dan inilah liburan kami : 
Foto bareng sama robot, yuks. Cukup bayar sukarela ajah, ya manteman.
Gaksa naik pesawat aselik, naik yang boo'ongan dulu lah ya. Buat yang ingin naik dan masuk ke kabin ini tiketnya sekitar tigapuluh ribu rupiah
Foto dulu bertiga sebelum pergi. Biar ada kenangan.
Suasana di depan gerbang masuk Danau Resto
Oiya, buat kalian yang dari Semarang mau ke Danau Resto di Purwodadi naik kereta, aku punya beberapa tips nih :
1. Pesan dulu tiket ke Stasiun terdekat. FYI, Deasy ini kemarin beli tiket di stasiun Alas Tuo menuju Stasiun Ngrombo. Dengan kereta Kedungsepur seharga sepuluh ribu saja. Whattt?? Yes dear, SEPULUH RIBU saja loh. Bayangin kalau naik bus, harganya lima belas ribu rupiah. Masih kena panas dan tak jarang kena macet kalau ada perbaikan jalan. Nah lo!
2. Dari stasiun Ngrombo, jalan sampai pintu depan. Naik bus dari Solo. Semua bus yang lewat situ bus solo semua dink. Hihihi. Bilang aja sama pak kernet nya turun Danau Resto atau MasterPark gitu. Sudah. Gak lebih dari sejam udah nyampai tepat depan Danau Resto deh. Estimasi dana untuk naik bus ini sekitar lima ribu- sepuluh ribu rupiah. 
3. Naik angkutan kota juga bisa, tapi harus ganti dua kali. Yang pertama dari Ngrombo ke simpang lima. Turun di Simpang lima, ganti angkutan lagi yang jurusan terminal. Hmmm, gak efisien sih ya. Tapi manatahu kan kalau bawa anak kecil, terkadang lebih nyaman kalau naik angkot daripada naik bus. Saran aku, jangan lupa ya tanya dulu jurusan angkotanya. Kalau bisa nawar. Tapi biasanya kalau dewasa tarif harganya lima ribu sih. 
4. Alternatif dari Ngrombo bisa naik ojek juga. Tarif normalnya sih sepuluh ribu sampai simpang lima. Kalau sampai Danau Resto kemungkinan tarifnya lima belas ribu gitu deh. Sarannya, teteeeup ya coba ditawar dulu aja. Manatau dapat harga murce durce. Hihihi.

Nah, buat yang lagi di Purwodadi nih. Dan sedang nyari tempat hiburan binti liburan. Boleh banget kalau mau ke Danau Resto. Soal penginapan gak perlu khawatir. Masterpark yg satu ini fasilitasnya lengkap. Ada hotelnya juga disekitar kawasan tersebut. Kalau nggak, nyabrang di depannya. Ada juga hotel baru. Front One namanya.

Mau liburan ke Purwodadi? Danau Resto ini bisa jadi salah satu destinasi pilihan, lo. Selamat liburan ya.
rahmamocca. Powered by Blogger.

Followers

Search This Blog